PedroTeixeira/Pinterest.com
Kita semua tahu bahwa sebuah data itu penting,
apalagi sebuah data penelitian. Dalam data tersebut memuat banyak analisa substansi
penting serta bukti dari fakta-fakta yang ada di lapangan. Apa jadinya bila
data itu hanya sebuah kumpulan lembaran kertas berisi rangkaian kata dan angka yang
tersimpan rapih dalam lemari? Apakah akan sama bergunanya seperti sebuah bukti dalam
persidangan kasus kejahatan di pengadilan? Tentu tidak. Sebuah data penelitian akan
sangat berguna jika khalayak umum tahu, atau dengan kata lain terpublikasi, sehingga
data tersebut dapat berguna sebagai acuan penentu kebijakan atau mereferensinya
untuk penelitian serupa.
Itulah
yang terjadi pada data-data penelitian skripsi keanekaragaman hayati di Indonesia.
Banyak dari skripsi-skripsi itu tidak terpublikasi dan hanya tertumpuk dalam
lemari-lemari perpustakaan atau tersimpan aman dalam repositori universitas
yang minim akses. Berdasarkan penelitian singkat Tambora terhadap repositori
tugas akhir dari 36 universitas di Indonesia, sebagian besar skripsi ini sulit
diakses umum. Setidaknya 18 repositori hanya dapat diakses dari bagian dalam
perpustakaan atau bahkan hanya dapat diakses oleh civitas akademika
universitas tersebut
Kategori
akses 36 repositori universitas di Indonesia
(dikumpulkan selama Januari 2018
oleh Tambora Muda Indonesia)
Minimnya publikasi dan terbatasnya akses repositori menyulitkan
beberapa pihak. Katakanlah, seorang mahasiswi hendak melakukan penelitian
keanekaragaman hayati, ia kebingungan mencari tahu metode yang sesuai untuk
penelitiannya. Kemudian, ia pergi untuk sebuah penelusuran dalam internet dan menemukan
publikasi serupa. Sayangnya, ia tidak dapat mengunduh benda itu dan harus
mendatangi perpustakaan tersebut yang letaknya jauh berada di pulau seberang
dari tempat tinggalnya.
Ketakutan akan plagiasi membuat sebagian besar
universitas tak berani memberikan akses penuh terhadap karya-karya skripsi,
tesis, atau disertasi mahasiswa. Padahal, masyarakat umum berhak mengetahui
hasil-hasil penelitian putra-putri Indonesia dengan cara yang mudah dan
sistematis. Karena itu, Tambora berupaya “mengiklankan” data-data hasil
penelitian biodiversitas ini dalam sebuah portal web yang mudah diakses dan
terintegrasi bernama “Biodiverskripsi”.
Dengan tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
penelitian keanekaragaman hayati lokal di Indonesia, Biodiverskripsi
mengumpulkan data pemantauan ekologis dari skripsi mahasiswa dalam platform
berkelanjutan untuk membantu penelitan dan kebijakan nasional mengenai
konservasi. Platform tersebut akan memuat data kemunculan spesies dari berbagai
lokasi di Indonesia dari skripsi mahasiswa, tesis master, dan disertasi
doktoral yang dipublikasikan dari tahun 2000-2017 oleh setidaknya lima
universitas di Indonesia. Dengan begitu mahasiswi dari pulau seberang tersebut
tidak perlu repot-repot mengunjungi perpustakaan universitas untuk mendapatkan
data referensi skripsinya.
Data ini akan dipublikasikan dalam Bahasa Inggris
dan disambungkan dengan repositori universitas yang bersangkutan agar mereka
yang ingin mengetahui lebih lanjut konteks data dapat menghubungi universitas
terkait. Harapan kami, data yang terkumpul nantinya akan menunjukkan lokasi
mana saja di Indonesia yang sudah banyak diteliti untuk taksa tertentu secara
integratif beserta instansi peneliti yang melakukan sehingga memudahkan
kolaborasi lebih lanjut dan penelitian yang lebih besar.
Nantinya, data ini akan kami bagi dengan pangkalan
data keanekaragaman hayati nasional Indonesia, InaBIF, yang berpusat di Pusat
Penelitian Biologi LIPI, agar dapat dikelola secara nasional. InaBIF merupakan
salah satu nodus dari GBIF (GlobalBiodiversity Information and Facility), Lembaga yang mengelola seluruh data
saintifik biodiversitas spesies di seluruh dunia untuk memungkinkan data
tersebut dapat diakses secara mudah melalui internet, agar semakin bernilai
bagi khasanah keilmuan dan keberlangsungan pelestarian hidup biodiversitas di
dunia.
Untuk mewujudkan misi melengkapi data biodiversitas
dunia, khususnya di Asia, GBIF mengadakan BIFA(Biodiversity Fund for Asia), yaitu dana hibah untuk beberapa lembaga yang
berupaya melakukan publikasi data biodiversitas melalui portal GBIF. Proyek-proyek
yang berhasil didanai umumnya bertujuan meningkatkan ketersediaan data terkait
keberadaan spesies hewan dan tumbuhan lokal. Delapan proyek dari tujuh negara
di Asia telah mendapatkan dana hibah tersebut, termasuk proyek Biodiverskripsi
Tambora. Baca selengkapnya di The Biodiversity Theses Database.
Tambora mengajak konservasionis muda Indonesia
sekalian untuk bergabung dalam proyek ini sebagai enumerator data, klik disini Lowongan Relawan. Ingin
berkontribusi kepada konservasi Indonesia? Kami menyediakan inisiatif pertama 😉
Bersama dengan GBIF Indonesia, InaBIF, inisiatif ini diharapkan akan dapat
meningkatkan popularitas keanekaragaman hayati untuk digunakan dalam penelitian
dan kebutuhan kebijakan konservasi di masa depan.
UPDATE: Jawaban pertanyaan seputar relawan Biodiverskripsi ada di sini.
UPDATE: Jawaban pertanyaan seputar relawan Biodiverskripsi ada di sini.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.