Happy Tapir Day, Selamat Hari Tapir Sedunia!
Penulis: Nuri Asmita
Sumber ilustrasi: www.tapirday.org
Jadi untuk memperingati Hari Tapir Sedunia, saya akan mencoba
sedikit bercerita mengenai satwa unik ini sejauh yang saya ketahui.
Satwa ini dikenal dengan banyak nama. Di tanah melayu dia dikenal
sebagai tenuk atau cipan, sedangkan di ranah Minang masyarakat mengenalnya
dengan sebutan kudo arai. Namun secara nasional dan internasional satwa ini
dikenal sebagai tapir ataupun tapir asia. Mungkin tidak banyak informasi
yang menjelaskan tentang keberadaan satwa yang satu ini. Bahkan masih banyak
yang tidak tahu bahwa mereka ada di alam sekitar kita. Hal ini menjadi sebuah
indikasi bahwa masyarakat serta peneliti sekalipun masih awam dalam
hal mengenal satwa ini. Tapir memang tidak setenar dan terkenal seperti
saudaranya, badak, bahkan pamornya dalam dunia konservasi kalah jauh
dibandingkan badak.
Meskipun demikian, tenyata tapir juga merupakan salah satu satwa
penting dalam ekosistem hutan tropis yaitu sebagai penyebar biji atau seed
dispersers sehingga dikenal sebagai “The Gardener of The
Forest”. Tapir adalah hewan herbivora dan selectiterhadap makanan. Menurut data
dari Khan (1997), setidaknya ada 115 jenis tumbuhan yang menjadi pakan tapir
dimana 75% adalah jenis yang juga dimakan oleh gajah.
Tapir merupakan satwa unik dan menarik namun masih sedikit peneliti
yang tertarik untuk mengkaji dan melakukan studi tentang satwa ini. Oleh karena
itu masih banyak hal-hal yang belum diketahui dari perilaku mereka. Selain itu
sifat elusif dan nokturnal tapir membuatnya semakin sulit untuk diteliti.
Secara genetik tapir lebih dekat kekerabatannya dengan badak yaitu sama-sama
dari ordo Perissodactyla atau jika diartikan kedalam
Bahasa Indonesia adalah hewan yang berkuku ganjil. Berdasarkan speciesnya tapir
digolongkan menjadi empat species yaitu Tapirus terrestris, Tapirus
pinchaque, Tapirus bairdii dan Tapirus indicus.
“Selain itu tapir juga merupakan salah satu satwa purba yang langka dan masih tersisa hingga sekarang sama seperti badak.”

Sumber ilustrasi: Tapir Specialist Group
Daerah persebaran tapir adalah benua Amerika dan Asia Tenggara.
Tiga species yang digolongkan peneliti ke dalam tapir “dunia baru” yaitu Tapirus
terrestris, Tapirus pinchaque, Tapirus bairdii tersebar
di benua Amerika dengan daerah persebaran meliputi Amerika Selatan.
Sedangkan Tapirus indicus tersebar di Asia bagian
tenggara tepatnya di Peninsular Malaysia, Myanmar, sebagian kecil dari Thailand
dan pulau Sumatra, Indonesia.

Sumber ilustrasi: Tapir Specialist Group, 2008
Di Indonesia sendiri, tapir hanya ditemukan pada tujuh propinsi
dari delapan provinsi yang ada di Sumatra yaitu Sumatra Utara bagian selatan,
Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, dan Bengkulu. Belum
diketahui sebab absennya tapir di Provinsi Aceh dan hingga saat ini belum ada
peneliti yang berhasil menemukan alasannya secara ilmiah.

Sumber ilustrasi: Tapir Specialist Group, 2008
“Secara internasional, satwa ini menyandang status endangered atau genting dalam daftar merah IUCN semenjak tahun 1986 dan diperbaharui kembali pada tahun 2014 lalu.”
Satwa ini merupakan salah satu satwa yang langka dan dilindungi
oleh pemerintah Indonesia sejak lama dan bukti perlindungan ini tertuang dalam
UU No 5 tahun 1990. Tapir memiliki corak warna tubuh yang khas dan berbeda
dari satwa lain pada umumnya yaitu hitam dengan pelana putih yang terdapat di
bagian tengah badannya. Warna tubuh yang seperti ini membantu tapir dalam
berkamuflase ketika berada di dalam hutan untuk menghindari predatornya. Warna
hitam putih ini akan muncul ketika tapir sudah berumur delapan bulan. Berbeda
dari satwa yang lain, pada fase juvenilenya tapir justru memiliki corak yang
sangat berbeda dengan dewasanya yaitu warna coklat kehitaman dengan garis dan
totol putih seperti corak yang terdapat pada juvenile babi hutan.
Selain warna tubuh yang unik, tapir juga memiliki alat penciuman
seperti belalai namun pendek yang disebut dengan “prehensile trunk” atau
belalai, alat ini berfungsi sebagai indra penciuman dan peraba karena tapir
memiliki penglihatan yang buruk. Selain itu belalai ini juga membantu
memudahkan tapir untuk mengambil pucuk-pucuk kayu dan buah yang terjatuh di
lantai hutan. Prehensile trunk tapir diketahui tidak pernah
berubah semenjak jutaan tahun yang lalu.

Sumber ilustrasi: Tiger Protection Unit, WWF Indonesia
“Tahukah kamu bahwa tapir juga merupakan satwa yang handal berenang dan menyelam?”
Hal ini mereka lakukan untuk menyebrangi sungai atau untuk
mengambil tumbuhan air yang terkadang berada di dasar sungai sebagai pakan
mereka. Beberapa fotografer sempat mengabadikan momen ketika lowland tapir (Tapirus
terrestris) menyelam di dalam air. Salah satunya adalah foto karya
fotograper Luciano Candisani yang merekam momen ketika species tapir ini
menyelam menyebrangi disalah satu sungai di negeri samba, Brazil. Bukan hanya
species ini yang tercatat bisa menyelam, dua saudaranya yang lain juga bisa
melakukan hal tersebut, yaitu Tapirus bairdii dan Tapirus
indicus. Sedangkan untuk species Tapirus pinchaque belum
ada bukti yang mengatakan bahwa mereka bisa menyelam.
Sekian banyak fakta yang demikian menarik dari species ini tidak
menjadikannya aman dari ancaman kepunahan. Daftar merah IUCN menyatakan bahwa
saat ini diperkirakan kurang dari 2500 individu tapir Asia yang tersisa dan
diprediksi akan terus berkurang sedikitnya 20% selama dua generasi yang akan
datang (24 tahun).
“Ancaman terhadap satwa ini bukanlah berupa perburuan atau pemanfaatan satwa tapi lebih kepada deforestasi dan fragmentasi habitat.”
Sedikitnya informasi data dan penelitian mengenai jumlah populasi
dan status populasi mereka juga menjadi salah satu faktor yang mempersulit
langkah untuk usaha penyelamatan satwa ini. Hingga saat ini diketahui belum ada
penelitian tentang estimasi populasi mereka di Indonesia secara menyeluruh.
Maka dari itu diperlukan adanya penelitian lebih lanjut tentang satwa ini. Dari
kekhawatiran ini, maka beberapa LSM yang berkolaborasi dengan pihak swasta dan
KLHK bekerja sama untuk melakukan Island Wide Survey sebagai
bentuk langka awal dalam rangka perlindungan terhadap species ini kedepannya.
Perjalanan untuk melindungi satwa ini masih panjang dan memerlukan
perjuangan yang tidak mudah mengingat bahwa kita memulainya dari awal. Namun
hal tersebut bukan berarti tidak mungkin. Kita bisa memulainya dari sekarang.
Belum ada kata terlambat untuk memulai sesuatu selama kita yakin dan mau. Masih
banyak satwa di luar sana yang memerlukan kita untuk bersuara bagi mereka,
bukan hanya tapir. Mereka membutuhkan kita untuk menyuarakan hak mereka. Oleh
karena itu mari berjuang untuk kelestarian alam Indonesia dan dunia, karena
alam tidak membutuhkan manusia, tetapi manusia butuh alam.
Selamat Hari Tapir Sedunia,
salam konservasi!
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.