"If everybody works together for the conservation efforts, the species could survive for thousands of year" – Achmad Ariefiandy
Dunia
global telah banyak mengakui bahwa negeri ini telah bergelimang harta kekayaan
hayati. Setidaknya dari ujung barat hingga ujung timur, kepulauan yang bernama
negeri Indonesia ini memiliki puluhan tipe ekosistem. Mulai dari tipe ekosistem
terestrial hingga masuk ke jantung samudera. Di dalamnya, aneka flora fauna
hidup bebas, liar dan berkembang.
Namun
sudah selayaknya kita ketahui bahwa ditengah alam yang loh janawi itu, terselip
sebuah tantangan besar. Kepentingan ekonomi makhluk yang bernama “manusia” dari
generasi ke generasi telah menekan dan mengancam kekayaan sumber daya alam
hayati tersebut. Maka sudah sangatlah jelas bahwa tantangan besarnya adalah
bagaimana “melestarikan alam”. Jangan dulu tanyakan untuk siapa. Karena
jawabannya tentu sudah jelas untuk Anda dan generasi Anda selanjutnya.
Salah
satu wujud pelestarian nyata adalah dengan membentengi kawasan yang unik dan
kaya. Terciptalah berbagai kawasan konservasi: Taman Nasional, Taman Wisata
Alam, Taman Hutan Raya, Taman Buru, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Memang sebuah dilema, penetapan sebuah
kawasan menjadi kawasan konservasi bukan berarti membuat habitat dan
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya terlindungi dengan baik.
Kawasan
– kawasan konservasi yang telah ditetapkan di seluruh Indonesia masih memiliki
masalah yang mengancam kelestariannya. Salah satu ancaman tersebut adalah
perilaku masyarakat lokal yang dinilai masih sangat eksploitatif. Penebangan
liar, penyerobotan dan konversi lahan, perburuan liar, pembakaran lahan dan
lain sebagainya masih kerap terjadi di kawasan yang berstatus kawasan
konservasi. Alih – alih untuk melindungi keanekaragaman hayati di dalam suatu
kawasan, kebijakan kawasan konservasi tersebut justru menimbulkan konflik di
masyarakat lokal. Ketidaksamaan persepsi dan pandangan akan konservasi itu
sendiri merupakan salah satu penyebab timbulnya konflik. Banyak masyarakat yang hidup berbatasan
langsung dengan kawasan konservasi tidak memahami secara benar arti kehadiran
kawasan konservasi di daerah mereka. Ironisnya, bagi sebagian besar mereka
menganggap bahwa dengan keberadaan
kawasan konservasi, maka hilanglah sudah mata pencaharian dan kebebasan mereka
untuk hidup seperti sedia kala.
Berlandaskan
pada Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2009, Hari Konservasi Alam Nasional
diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Penyelenggaraan peringatan Hari
Konservasi Alam Nasional ini sebagai upaya kampanye kepada masyarakat akan
pentingnya konservasi alam untuk masyarakat. Pelaksanaan kegiatan inipun
dikoordinir langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Konservasi
Untuk Masyarakat”, menjadi tema yang diusung kali ini dalam rangka memperingati
Hari Konservasi Alam Nasional tahun 2016. Pantai karang sewu, Taman Nasional
Bali Barat, menjadi saksi pegelaran akbar Jambore Hari Konservasi Alam Nasional
yang dilaksanakan dari tanggal 8-11 Agustus 2016. Jambore ini merupakan salah
satu rangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional.
Sesuai tema yang diusung ; “Konservasi Untuk Masyarakat”, maka peringatan Hari
Konservasi Alam Nasional kali ini memiliki salah satu tujuan utama yaitu
memberikan edukasi dan peran aktif masyarakat dalam menyelamatkan ekosistem
alam. Adapun peran aktif tersebut adalah tidak melakukan kerusakan terhadap
kawasan – kawasan konservasi, tidak membuang sampah sembarangan, menanam jenis
tanaman endemik dan jenis langka, hingga melepas satwa liar yang dilindungi ke
habitat alam liarnya.
Jambore
Kemah Konservasi Alam yang dilaksanakan di kawasan pantai karang sewu, Taman
Nasional Bali Barat kali ini mengundang berbagai UPT Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, pelajar, generasi
muda dan para mitra lingkungan dan masyarakat lainnya. Setidaknya 300 lebih
peserta yang diundang dari seluruh pulau di Indonesia hadir di acara Jambore
Kemah Konservasi Alam Nasional ini. Dengan dikumpulkannya dalam acara Jambore
Kemah Konservasi Alam ini diharapkan adanya saling tukar pengalaman dan cerita
antar sesama penggiat konservasi dari berbagai daerahnya masing – masing.
Sejak
bulan Juli hingga Agustus rangkaian acara peringatan Hari Konservasi Alam
Nasional telah mulai dilaksanakan. Pelatihan masyarakat dalam penangkaran Jalak
Bali, kegiatan apresiasi kepada lembaga/pengusaha peduli konservasi, pemberian
bantuan indukan satwa penangkaran untuk usaha dan penangkaran masyarakat,
hingga lomba fotografi dan karya tulis dengan tema “Konservasi Untuk
Masyarakat” juga telah dilaksanakan. Masyarakat umum yang mungkin belum
memahami secara mendalam mengenai makna konservasi menjadi target utama
rangakaian acara ini. Dengan harapan adanya acara Road To Hari Konservasi Alam
Nasional tersebut menjadi sebuah batu loncatan untuk menciptakan keharmonisan
dalam mengkonservasi alam antara masyarakat dan berbagai pihak yang bertanggung
jawab.
Pada
tanggal 9 Agustus 2016, diawali dengan pemukulan gong oleh Dirjen Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Tachrir Fathoni yang dalam waktu kali ini
mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang
berhalangan hadir telah mengawali
rangkaian acara Hari Konservasi Alam Nasional 2016. Tarian, musik, makanan dan
berbagai kebudayaan khas Bali juga ditampilkan untuk menandai bahwa acara besar
peringatan Hari Konservasi Alam Nasional tahun 2016 telah dimulai. Kebudayaan
Bali sungguh sangat memukau, seolah menjadi sebuah refleksi bahwa kebudayaan
yang dimiliki oleh negeri ini juga sama kayanya dengan keanekaragaman hayati
yang kita miliki dan harus kita jaga bersama.
Setelah
pembukaan berlangsung, acara dilanjutkan dengan Field Trip mengelilingi Taman Nasional Bali Barat. Dari 300 lebih peserta
yang hadir dari berbagai daerah diseluruh Indonesia, akhirnya dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil untuk menikmati keindahan Taman Nasional Bali Barat.
Adapun tujuan lokasi yang dituju adalah mulai dari hutan mangrove, Pulau
Menjangan untuk melakukan diving, wisata religi, atraksi kerang mutiara, jungle tracking, animal birdwatching, snorkling hingga kunjungan
ke desa Blimbing Sari yang mendapat sebutan sebagai desa pariwisata yang mampu
mengkonservasi lingkungannya dengan baik telah dilakukan. Kegiatan Field
Trip ini lebih bertujuan untuk memperkenalkan mengenai keanekaragaman
ekosistem yang dimiliki oleh Taman Nasional Bali Barat dan juga masyarakat yang
hidup disekitar Taman Nasional Bali Barat tersebut.
Hingga
pada akhirnya pada tanggal 10 Agustus 2016, dengan ditemani matahari terbit nan
indah di ufuk timur pantai karang sewu Taman Nasional Bali Barat seolah telah
menyambut hari besar peringatan Hari Konservasi Alam Nasional tahun 2016.
Seluruh peserta kembali berkumpul dan berbaris rapih di lapangan utama pantai
karang sewu. Pagi itu kami siap menjadi saksi untuk memperingati hari besar
konservasi alam nasional. Upacara berlangsung dengan hikmat dan lancar. Sebuah
moment yang mungkin cukup membekas dan membuat hati para peserta tersentuh
adalah moment ketika pembacaan deklarasi Hari Konservasi Alam Nasional tahun
2016. Deklarasi ini dibacakan langsung oleh salah satu peserta yang telah
diutus sehari sebelumnya. Deklarasi dibacakan di depan Dirjen KSDAE dan jajaran
pejabat tinggi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan lainnya. Dan inilah
isi deklarasi yang cukup menyentuh hati ;
“Indonesia dianugerahi keanekaragaman hayati yang sangat kaya dan berlimpah. Sebagai wujud syukur, kami berkomitmen untuk lebih memaknai arti keanekaragaman hayati untuk kehidupan manusia. Oleh karenanya, kami bertekad untuk terus melestarikan, mempelajari, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan” – Taman Nasional Bali Barat 2016.
Deklarasi tersebut seolah menjadi sebuah lembaran baru kembali untuk memulihkan dan mengkonservasi alam Indonesia ini agar lebih baik lagi kedepannya. Dengan pemahaman yang sama dan gerakan langkah yang harmonis dalam menjaga alam dan lingkungan, kita hidup menghirup udara bersih, meminum air bersih, mengonsumsi pangan berkualitas dan berkecukupan. Saya yakin Indonesia akan kembali menjadi negara maju dan makmur, sehat dan sejahtera. Alam menyediakan energi terbaik dan berkualitas dalam menopang seluruh kehidupan kita. Anak cucu dan generasi kita selanjutnya tentu juga memiliki hak yang sama untuk menikmati apa yang pernah kita nikmati saat ini. Dengan Jambore Hari Konservasi Alam Nasional ; Konservasi Untuk Masyarakat, merupakan sebuah bukti sikap, perilaku dan sebuah batu loncatan yang sangat baik untuk kembali memulai mengkonservasi lingkungan alam kita pada saat ini juga. Jangan tanyakan lagi siapa yang harus bertanggung jawab, jangan salahkan lagi pihak yang harusnya bertindak lebih cepat, karena percayalah semua akan baik – baik saja jika Anda mau memulainya dari hal yang kecil sekalipun dan saat ini juga. Mari bersama kita lestarikan keindahan alam negeri kita ini.
Selamat Hari Konservasi Alam Nasional 2016
Muhammad Azmi
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.